Berikut ini artikel tentang contoh soal Bad Debt Expense dan solusinya:
Contoh Soal Bad Debt Expense dan Solusinya: Panduan Lengkap untuk Akuntansi Piutang Tak Tertagih
Bad debt expense, atau biaya piutang tak tertagih, merupakan pengeluaran yang diakui oleh perusahaan ketika ada piutang yang diragukan akan dapat ditagih. Memahami cara menghitung dan mencatat bad debt expense sangat krusial dalam akuntansi yang akurat. Artikel ini akan memberikan contoh soal bad debt expense beserta solusi lengkapnya, membantu Anda memahami konsep ini dengan lebih baik.
Memahami Konsep Bad Debt Expense
Sebelum membahas contoh soal, mari kita pahami dulu dasar-dasar bad debt expense. Ini adalah kerugian yang dialami perusahaan karena pelanggan gagal membayar tagihan mereka. Perusahaan harus memperkirakan jumlah piutang yang kemungkinan tidak akan dapat ditagih dan mencatatnya sebagai bad debt expense di laporan laba rugi. Ada dua metode utama untuk memperkirakan bad debt expense:
1. Metode Persentase dari Piutang (Percentage of Receivables Method)
Metode ini memperkirakan bad debt expense berdasarkan persentase dari saldo piutang usaha di akhir periode. Persentase ini ditentukan berdasarkan pengalaman historis perusahaan atau industri.
2. Metode Persentase dari Penjualan (Percentage of Sales Method)
Metode ini memperkirakan bad debt expense berdasarkan persentase dari penjualan kredit pada periode tertentu. Metode ini lebih cocok digunakan jika perusahaan memiliki fluktuasi piutang yang signifikan dari waktu ke waktu.
Contoh Soal dan Solusi Bad Debt Expense
Mari kita lihat beberapa contoh soal yang akan mengilustrasikan penerapan kedua metode di atas.
Contoh 1: Metode Persentase dari Piutang
PT. Maju Jaya memiliki saldo piutang usaha sebesar Rp 100.000.000 pada 31 Desember 2023. Berdasarkan pengalaman historis, perusahaan memperkirakan 5% dari piutang usaha akan menjadi piutang tak tertagih. Hitunglah bad debt expense yang harus dicatat PT. Maju Jaya.
Solusi:
Bad debt expense = 5% x Rp 100.000.000 = Rp 5.000.000
PT. Maju Jaya harus mencatat bad debt expense sebesar Rp 5.000.000 pada laporan laba rugi tahun 2023.
Contoh 2: Metode Persentase dari Penjualan
PT. Sejahtera Abadi mencatat penjualan kredit sebesar Rp 500.000.000 pada tahun 2023. Perusahaan memperkirakan 2% dari penjualan kredit akan menjadi piutang tak tertagih. Hitunglah bad debt expense yang harus dicatat PT. Sejahtera Abadi.
Solusi:
Bad debt expense = 2% x Rp 500.000.000 = Rp 10.000.000
PT. Sejahtera Abadi harus mencatat bad debt expense sebesar Rp 10.000.000 pada laporan laba rugi tahun 2023.
Contoh 3: Penyesuaian Saldo Piutang Tak Tertagih
Misalkan PT. Maju Jaya pada awal tahun memiliki saldo cadangan piutang tak tertagih sebesar Rp 2.000.000. Setelah menghitung bad debt expense sebesar Rp 5.000.000 (seperti pada Contoh 1), berapa saldo cadangan piutang tak tertagih di akhir tahun?
Solusi:
Saldo cadangan piutang tak tertagih akhir tahun = Saldo awal + Bad debt expense - Piutang yang dihapusbukukan (asumsikan tidak ada piutang yang dihapusbukukan pada tahun ini) = Rp 2.000.000 + Rp 5.000.000 - 0 = Rp 7.000.000
Kesimpulan
Memahami dan menghitung bad debt expense dengan akurat sangat penting untuk menyajikan laporan keuangan yang andal. Pemilihan metode yang tepat bergantung pada karakteristik bisnis dan data historis perusahaan. Dengan memahami contoh-contoh soal dan solusi di atas, Anda akan lebih siap dalam menghadapi perhitungan bad debt expense dalam praktik akuntansi. Ingatlah untuk selalu berkonsultasi dengan ahli akuntansi jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut.
